Patah Semangat

Thursday, May 24, 2007

Kegagalan memang sesuatu yang menyakitkan dan setiap orang pasti pernah merasakan kegagalan walaupun dengan kadar yang berbeda. Bahkan banyak di sekitar kita -- tanpa kita sadari -- orang-orang yang mengalami kegagalan dengan kadar yang lebih tinggi dari kira

Yang harus kita pahami adalah bagaimana kita menyikapi kegagalan ini. Karena Kita menganggap beratnya masalah tersebut, Kita merasa menjadi orang yang “tak putus dirundung malang”, sehingga akhirnya menjadi apatis dan lemah semangat. Kita juga akhirnya bingung untuk memecahkan masalah tersebut. Sebenarnya, sikap apatis dan kebingungan tersebut tak perlu terjadi jika Kita tetap dapat berpikir jernih. Biasanya masalah menjadi terasa berat dan bingung untuk memecahkannya karena kita tak dapat memisahkan diri dari masalah tersebut dan terlalu terlibat secara emosional.

Tapi jika Kita mencoba “menjaga jarak” dari masalah dan mengendalikan emosi Kita, masalah akan terlihat lebih mudah untuk dicarikan solusinya. Dengan berpikir jernih, Kita dapat mengurai masalah secara lebih baik lagi. Kita dapat lebih mudah menemukan akar penyebab masalah. Dan dari akar penyebab itulah kemudian Kita mencoba mencari solusinya.

Karena itu, jangan anggap berat masalah yang dihadapi agar Kita tetap dapat optimis dan semangat memecahkannya. Agar Kita tetap mampu berpikir jernih untuk mencari solusinya. Pikirkan kegagalan sebagai jalan untuk meraih keberhasilan.

Memang, sesungguhnya semakin sering kita gagal, maka semakin tahu kita bagaimana cara memperoleh sukses. Sebaliknya, orang yang tak pernah gagal juga tak akan pernah tahu cara mencapai sukses. Hal inilah yang harus Kita camkan agar tak kecewa dengan kegagalan. Jika Kita gagal, buang jauh-jauh pikiran untuk tidak berani mencoba lagi. Justru Kita harus termotivasi untuk mencoba lagi karena Kita sebenarnya semakin dekat kepada keberhasilan. Suatu hal yang aneh jika Kita patah semangat karena gagal.

Kegagalan itu hanya menyakitkan pada awalnya, tapi setelah itu justru mengandung hikmah yang banyak. Kita akan tahu lebih banyak tentang bagaimana caranya memperoleh keberhasilan. Jika Kita yakin bahwa kegagalan bukanlah gagal dalam pengertian sebenarnya, tapi “syarat” untuk meraih keberhasilan, maka Kita tidak akan pernah pesimis dengan kegagalan. Justru Kita akan bertambah semangat karena gagal. Bahkan jika kegagalan yang Kita alami semakin banyak, semakin bertambah besar semangat Kita untuk mencoba lagi. Sebab Kita yakin bahwa sebentar lagi Kita akan meraih kesuksesan.

Pembalasan Manis Milan di Liga Champions


Kenangan buruk di Stadion Olimpiade Ataturk pada 25 Mei 2005 silam itu kini hanya jadi sejarah masa lalu. Kemenangan 2-1 di Stadion Olimpiade Athena, Yunani, yang diraih nyaris tepat dua tahun berselang, pada final Liga Champions 2007 adalah obatnya. Kali ini tidak ada kejutan apalagi kebangkitan nan dramatis dari Steven Gerrard dkk. Bak perputaran roda pedati, kalau dua tahun lalu Il Diavolo yang tertunduk meneteskan air mata, kali ini giliran punggawa Liverpool yang menekuk muka menahan kecewa. Pembalasan yang manis buat satu-satunya wakil Italia semenjak babak semifinal Liga Champions itu.

Gol Filippo Inzaghi di menit 43 menjadi gol pembuka kemenangan AC Milan sekaligus menyulitkan Liverpool. Berawal dari tendangan bebas Andrea Pirlo yang membentur bahu Inzaghi, bola bergulir masuk ke gawang Liverpool usai mengecoh Reina. Alhasil, gol itupun dituding hanya kebetulan dan dipenuhi faktor keberuntungan, yang pada akhirnya menipiskan peluang Liverpool sekaligus membuat Milan berhasil meraih gelar juara ketujuhnya.

Keputusan Ancelotti tepat. Inzaghi memborong dua gol kemenangan 2-1 timnya, yang berarti gelar ketujuh Rossoneri di kompetisi terelit antar klub Eropa. Laga Liverpool kontra Milan di Olympic Stadium memang tidak menguntungkan bagi The Reds. Dua gol dari Pippo Inzaghi membuyarkan mimpi mereka meraih gelar musim ini. Faktor keberuntungan itulah yang dijadikan alasan atas kegagalan mereka di Athena. Liverpool pun bisa pulang dengan kepala tegak. Menjadi runner up bukan prestasi yang buruk mengingat perjalanan juara 2005 itu di musim ini cukup mengagumkan.

Pada dua kesempatan sebelumnya, negara yang mendominasi jatah empat besar selalu mampu menjadi kampiun. Namun tradisi itu sukses didobrak Milan dengan menundukkan Liverpool 2-1 di partai puncak. Il Rossoneri menjadi tim pertama sepanjang sejarah Liga Champions maupun Piala Champions --format lawas Liga Champions-- yang mampu melewati "keroyokan" tiga klub satu negara. Menang atas Liverpool menambah koleksi gelar AC Milan menjadi tujuh di Liga Champions. Gelar tersebut menjadi raihan ketujuh bagi Milan. Sebelumnya Il Diavolo pernah memboyong tropi tersebut pada tahun 1963, 1969, 1989, 1990, 1994 dan 2003.

Keberuntungan Tanpa Kualitas dari KANGEN Band

Tuesday, May 15, 2007


Ada pertanyaan besar di ranah musik Indonesia. Musik Indonesia berkembang jauh, jalan di tempat atau malah mundur jauh sebenarnya? Kalau itu kita tanyakan pada musisi-musisi yang namanya sering mengisi pelataran musik Indonesia, pasti akan menjawab musik Indonesia sudah jauh berkembang. Secara skill mungkin.

Sayangnya, kadang-kadang kita "dikacaukan" dengan ritme-ritme musikal yang membuat kita terperangah dan nyungsep ke deret terbawah. Pasalnya, tiba-tiba muncul penyanyi, band atau lagu yang secara kualitas lirik dan musikalitasnya, jauh di atas rata-rata. Anehnya, band-band seperti ini sukses.

Usai 'caci-maki' kepada radja yang dianggap merusak gendang telinga penikmat musik di Indonesia, kini masyarakat disodorkan nama baru yang awalnya sudah menuai protes, caci maki dan sumpah serapah. Namanya KANGEN BAND. Mengapa sumpah serapah itu bermunculan? KANGEN Band dianggap memundurkan musikalitas musik Indonesia. KANGEN Band dianggap hanya bermodal keberuntungan? Benarkah? Coba kita simak kekuatan dan kelemahan band yang berasal dari Lampung ini.

Di awal kita bedah track 'Selingkuh' yang ada di album perdana mereka TENTANG AKU, KAU & DIA. Jujur saja, lagu ini sama sekali tidak punya skill musikalitas yang tinggi. Tampaknya KANGEN Band menciptakan lagu ini lantaran tema inilah yang paling gampang dan jualan di pasar. Sayangnya, lagu ini terdengar seperti band-band 17-an saja. Tidak ada sense of art, tidak ada keindahan aransemen. Seperti orang yang belajar ngeband di studio-studio pinggir jalan. Semuanya datar. Sayangnya, mau tidak mau penulis harus katakan, mereka jujur menuliskan lirik dan lagunya.

Kemudian perhatikan track 'Usai Sudah'. KANGEN Band tidak memberikan pilihan kepada kita penikmat musik untuk istirahat dari "siksaan" lagu pop yang menggelikan. KANGEN Band benar-benar menjejalkan lagu-lagu yang simpel, sederhana, tidak neko-nek, dan sangat miskin aransemen. Tapi 'anehnya' lagu-lagu model tiga-empat kord inilah yang biasanya disukai.

Lalu apakah KANGEN Band demikian "hina-dinanya" sehingga tak layak mendapat kesempatan berkibar di blantika musik Indonesia? Mungkin akan lebih bijak kalau kita lihat proses mereka bermusik. Personilnya adalah "golongan marginal" yang mencoba memperbaiki nasib dengan bersenang-senang main musik. Misinya simpel, menghibur. Tidak peduli apakah lagunya itu membuat kuping "berdarah-darah" atau tidak. Dan sukses yang mereka raih sekarang, diakui personilnya cukup mengagetkan juga.

Dari sisi musikalitas, KANGEN Band memang membawa kita "mundur" ke era 80-an, zaman-zaman lagu menye-menye Obbie Mesackh [dan JK Record]. Beberapa riff-riif gitarnya, jelas-jelas mengingatkan kita pada era zaman Harmoko -- Menteri Penerangan waktu itu-- melontarkan ancaman melarang lagu-lagu yang tidak membangun itu.

Dari sudut keberuntungan, KANGEN Band memang sedang beruntung. Dan keberuntungan itu tidak peduli dengan musikalitas garing, tampang tidak menjual atau lirik menye-menye. Album perdana KANGEN Band ini, tidak bisa dibilang bagus secara kualitas, tapi album yang beruntung saja. Sayangnya, keberuntungan tak selalu berbanding lurus dengan kualitas. [joko/TEMBANG.com]